Searching...

Artikel Popular

15 Februari 2009

Sejarah Kertas Daur Ulang


Seiring dengan perkembangan teknologi pembuatan kertas, berbagai corak, karakter maupun jenis kertas telah dihasilkan secara pabrikasi. Namun kertas-kertas produk pabrik tersebut cenderung bersifat polos dan stereotip, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan lain yang lebih bersifat seni. Apalagi sebagian kalangan masyarakat, terutama para pecinta lingkungan hidup, mengkhawatirkan dampak lingkungan akibat kebutuhan kayu-kayu hutan untuk bahan baku kertas begitu besar. Berangkat dari kenyataan inilah pemikiran tentang kertas daur ulang mulai muncul.

Kertas daur ulang atau yang juga dikenal dengan sebutan kertas seni mulai populer pada dekade 80-an. Dengan menerapkan teknik pembuatannya yang sama seperti teknik membuat kertas pabrikasi, sebagian kalangan masyarakat mulai mencoba membuat kertas daur ulang secara manual atau buatan tangan. Dari sini kemudian timbul beragam nama untuk penyebutan kertas hasil buatan tangan, seperti kertas daur ulang (recycle paper), kertas buatan tangan (handmade paper), serta kertas seni (art paper) karena fungsinya sebagai sampul atau pelapis produk seni, seperti asesoris atau cinderamata.

Istilah kertas seni sebenarnya sudah lebih dahulu dikenal di kalangan percetakan. Istilah ini pun tidak melulu diterapkan pada kertas buatan tangan melainkan juga terhadap kertas-kertas produk pabrik yang memiliki tekstur, ornamen, atau corak indah. Sedangkan istilah kertas daur ulang (recycle paper) sebelumnya juga telah dikenal di kalangan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), terutama yang memiliki kepedulian terhadap besarnya jumlah sampah kertas akibat pemakaian kertas yang tidak ekonomis.

Setelah masyarakat melihat adanya peluang bisnis yang cukup prospektif, maka pada dekade 90-an kertas daur ulang mulai diproduksi secara komersial. Di Yogyakarta, beberapa kelompok seniman memproduksi kertas daur ulang untuk kepentingan proses kreatifnya, seperti dalam pembuatan lukisan, patung, ataupun eksperimental art lainnya. Sementara di Bandung, muncul bengkel studio Suhuf Art Paper yang memproduksi kertas daur ulang untuk pembuatan produk-produk cinderamata secara komersial. Sejak saat itu, kertas daur ulang mulai dilirik sebagai sebuah peluang bisnis yang sangat menarik.

Kini, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kertas daur ulang, khususnya pesanan dari para eksportir maupun buyer luar negeri, para produsen mulai mencari alternatif lain dalam memproduksi kertas daur ulang secara massal. Tentunya tanpa meninggalkan kualitas dan ciri khasnya sebagai kertas seni. Teknologi baru pembuatan kertas daur ulang, seperti penggunaan mesin, sudah mulai diperkenalkan. Kenyataan ini bukan mustahil akan mendorong bisnis pembuatan kertas daur ulang menjadi usaha komersial yang tidak lagi berskala kecil atau home industry. (*)

Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

1 komentar:

  1. Oh jadi begitu cara daur ulang kertas, berarti untuk semua kertas dong kaya kertas struk, hvs, folio, origami,kertas gambar, dll? tapi sepertinya sekarang proses daur ulang udah ga bisa untuk nahan limbah kertas yang makin banyak deh

    BalasHapus